Kamis, 15 April 2010

Sajak-Sajak Amien Wangsitalaja

http://www.sastra-indonesia.com/
Orang Kada Balampu

“kami tak pernah memuja mandau
tak pernah menyanjung badik”
orang kada balampu
tertulis di kitab yaumiyah
mengasuh lapar
tanpa pernah punya pekerjaan
menjarah penghasilan orang
tanpa menghiraukan tanah asal
orang kada balampu
memulakan pertikaian
bukan untuk bertikai
asah badik cabut mandau
bukan menyulut perang
orang kada balampu
tak membunuh madura
banjar, dayak, bugis, jawa
orang kada balampu
semata membunuh manusia

___
kada balampu (bhs. Banjar: tidak berlampu): julukan bagi segerombolan perompak/tukang onar di Kalimantan



Tajau Pecah

ini pengajian tauhid
“asal tajau dari tanah
maka ia mudah pecah”

kami rindu perempuan
mandi berkain basah
di sungai yang masih luput
dari sengketa

aku
—bersama orang-orang
yang tidak terlibat perang
berebut tanah negeri—
mencoba merawat rindu
dan mengaji statistik

kami genggam sejumput bumi
dengan nusea patriotik
kami simpan untuk berkubur

___
tajau: genthong/tempayan
Tajau Pecah: nama desa di pedalaman wilayah Kab. Tanah Laut, Kalsel



Tajau Mulia

ini pengajian tauhid
“asal tajau dari tanah
maka ia mulia”

kembali ke selera asal
negeri tanpa birahi ekonomi
orang banjar mengaji mandau
orang madura mengaji badik
orang jawa mengaji sabit

tapi tanah terlanjur tandus
buat berladang
dan kami tak punya saham
buat birahi

maka
buat memuliakan negeri
kami membakar bukit

___
tajau: genthong/tempayan
Tajau Mulia: nama desa di pedalaman wilayah Kab. Tanah Laut, Kalsel



Acheh Nampar

ya hayyu ya qayyumu
kalau hari ini tubuhku tercabik, bukan baru hari ini tubuhku tercabik
kalau kali ini badanku terkorban, bukan baru kali ini badanku terkorban

tubuhku telah lama robek oleh keserakahan nafsu
badanku telah lama menjadi korban pertarungan ambisi dan kuasa
arunku, hutanku, kakaoku tak mampu lagi meronta dari luka
orang-orang tak berdosaku tak kuasa lagi mengucap kata
karena popor dan senjata terlalu cepat berbicara

setiap hari nyawa orang menjadi bahan mainan
“buat apa sekolah, nanti juga mati di jalan
ditembak orang
mati tak dikenal”

amboi, betapa akrabnya aku dengan derita dan derita,
kematian dan kematian
ya hayyu
akankah selamanya kaupilihkan bagiku jalan hidup yang seperti ini
akankah hanya dengan coba semacam ini kautinggikan maqam imanku

setahunan lalu, pantai bireuen-ku dikejutkan dengan mayat-mayat
terbungkus karung beras
terdampar dihempas ombak
(mereka adalah yang kaupilih menjadi saksi dari kebiadaban segelintir
yang dibebalkan oleh nafsu kekuasaan)

hari ini, bukan hanya pantai-pantaiku, bahkan segenap sisi kota-kotaku
jalan rayanya, selokannya, tanah lapangnya diratusribui hempasan mayat
(mereka adalah yang kaumuliakan menjadi saksi dari kuasamu
menampar kebebalan nafsu)

tahun-tahun lalu, bukit-bukitku, hutan-hutanku, sungai-sungaiku,
laut-lautku menjadi saksi
dari nyawa-nyawa yang selalu saja melayang tanpa nama
kali ini, dalam sekejap saja, kembali harus kupersaksikan
ratusan ribu nyawa melayang tanpa nama
(kiranya merekalah syahidin
yang ingin kau bergegas merengkuhnya dalam pelukmu)

kemarin dulu, di salah satu kampungku
mayat muzakir abdullah tersampir+terikat di pohon
lehernya tergorok darahnya menoreh di dada
(al hallaj-kah dia
dihantarkan segerombol orang bertopeng yang brutal menyiksanya
tanpa salah dan dosa apa pun telah dilakukannya)

hari ini, beberapa mayat yang tak sempat menyebut nama
tersampir di pohon-pohon di kota-kotaku, tubuhnya membeku biru
(al hallaj-kah mereka
berperantara ombak yang kaukirim untuk menjemput
mereka hanyut kepadamu tanpa salah dan dosa yang menyisa)

ya hayyu
betapa tingginya maqam mereka
yang menghadapmu dengan seketika
yang menghadapmu bersama-sama

ya qayyumu
betapa rendahnya maqam yang lainnya
yang masih saja tak tersentak hatinya
yang masih saja bebal jiwanya
menggenggam nafsu rendah menumpuk amarah
mengumbar kuasa

ya hayyu ya qayyumu
kupersembahkan tubuhku kepadamu
moga kemudiannya
kauselamatkan jiwaku
dari murkamu

2004
____
catatan:
1. data tentang mayat-mayat terbungkus karung beras di pantai Bireuen dan Muzakir Abdullah yang disiksa dan diikat di pohon adalah diambil dari majalah acehkita edisi 15 januari 2004.

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae