Rabu, 01 Desember 2010

Sajak-Sajak Gampang Prawoto

BOJONEGORO I
 
aku,
rindu kemolekan
sejarah tanpa relief dan prasasti
atau musium yang dipaksakan
walau kadang sekedar basa basi
 
aku
kenang belai dentuman larung
kemakmuran waktu merintih
rintih upeti tanda kesetiaan
walau kadang sekedar basa basi
 
aku
ukir bentangan hati di tanah kapur
peluh rerimbunan jati melambai kasih
pengembala tertidur diatas seonggok jerami
tanpa sebilah kursi
 
aku
terbayang lenguh wajah malawapati di langit
bojonegoro, mengerat butiran asap cerutu
tembakau tak bersemi musim
rintih senyum kuning sang dewi tersipu
riuh mengalir ombak di sudut menara pengharapan
 
aku
terbenam pada miniature
bungalow, bandara, lapangan golf
jalan tol
tanpa nama, tanpa alamat, pada sebuah etalase
yang menempel disela sela fosil gigimu
 
Pejambon, 15 Agustus 2007
 
 
 
BOJONEGORO II
 
senja abu abu masih
masih menggelantung di kotamu
kata
reformasi pernah aku baca di ponten
terminal lama persis searah senja
kencingku mencari lembah lembah
lembab tak bernalar
 
sedang apa kawan !
sapa sekawanan lalat diatas
bekas pembungkus rujak lontong
lalat itu bersiul, penyelaras ruh
kata sumbang dan nada fals saat bernyanyi
reformasi…, reformasi…, reformasi…
entah berapa kali, mirip lantunan
syair calo penerimaan pegawai negeri.
 
selang rentan tanpa waktu
segerombolan lalat mengerumuni amis pekat
batang lonjor setengah karatan
pipa kering yang entah akan basah
oleh bekas bekas kaki putih “Tom and Gerry”
sepahan uban yang luput dari saputan handuknya.
 
lalat itu masih menjilat sayapnya
terbang dan hinggap di tempat kuyup
sebasah bendungan bengawan solo
tiba – tiba
buncit perutku melilit karena lalat entah
ponten terminal baru mengulurkan senyum wangi
bersih mengulun harum, tanpa coretan setitik
kata diantara kalimat keresahan
sekuat tarikan nafas, sembari mendongak
eeeeek……eeeeek……
“sesudah reformasi harap disiram kembali”
 
kalimat itu menempel ketat diselangkang saat
kubersihkan kotoran dekat kemaluanku
 
Pejambon, 17 Agustus 2007
 
 
 
BOJONEGORO III
 
aku jala matahari
aku ikat diatas langitmu
 
“Jer Kerta Raharja Mawa Karya”
mengangkasa membisikkan binar kasih
diantara celah kota, menerobos ayunan
daun daun jati menghangatkan
perdu yang enggan menyebutkan
namanya
 
gemericik onomatupe cakrawala
seindah pandangku menginjak
namamu, “asri” terkenang
“bangkit” menantang
 
kenangan indah menantang
tanpa menyimpan bersit harum melati
ronce penghias rambut setyowati
 
taman – tirta – wana – wisata
tanpa hutan, gua lawa
tinggal baunya, kayangan api
yang merana atau gunung pandan
secantik gendrasari lugu
tanpa pupur dan gincu
 
matahari tetap diatas otak
otak dekilmu meleleh deras
menjilma sawah, kapling tanah
dan rumah rumah mewah, orgasme
mencair bersama sempalan iga
pecahan hati
simpanan
simpanan
mu
 
Pejambon, 09 September 2007
 
 
 
BOJONEGORO IV
 
tiga dua sembilan, ikut
pasti keluar angka ramalan
mimpi merah kuning hijau dan putih
masih berserakan diatas meja
panjang penjual togel
 
merangkak menjilat mimpi
menapak angin sejauh keriput
asa memanggil, panggil nafasmu
telapak telapak kaki meranggas pilu
antara baureno padangan
jemari tangan basah kuncup bening
bersemi kedewan sekar
percik peluh kerut dahi kau lewati
masa kering dalam ingatan
 
lirih senyum kemarau
menghias jejal penggalan desah
basah riuh deret pompa pompa bensin
sambil sesekali melirik engahan kata
“hati – hati disini sering terjadi kecelakaan”
“hati – hati jalan berlubang”
 
gerimis dari setengah hujan dan hati
hanya jeruji pagar membasah
rintik beranda rumahmu
tiga ratus dua puluh sembilan
slumbung slumbung air kehidupan
berevolusi, air mata tenggelamkan kota
dengan kata
 
“temaram” pernik lampu tepian jalan
bandar bandar togel masih
rajin tawarkan ramalan ramalan
pengharapan “menyok rasa minyak”
oles pada ujung pisang raja sebelum lumat
lumer, muncrat kering menjadi ledre
 
tiga dua sembilan
lalu berapa?
 
Pejambon, 20 September 2007
 
 
 
BOJONEGORO V
 
selamat !
igauan sunyi menelusuri embun bisu
malam ingus membasahi bantal
peraduan menggelar gugusan peta basah
pulas menyeruak arsiran hitam tergopoh
ayam membagikan kokoknya.
 
guratan kanvas bengawan solo
meninggalkan aliran, air menggenang
mengenang prahu prahu melewati pintu
bocah kecil mendorong ikatan tali
batang pisang bersama “teman sepermainan”
mengayuh “bungkusan” nasi basah
keringat dermawan kepengungsian
pengungsian
 
cat airmu tertumpah pagi
menjadi “obsesi” keremangan
kegamangan warna terang, gelap
atau transparan candikala senja
gradasi menoreh irak atau las vegas dari ujung
ujung kuas “A” tak bertulang
 
“selamat ulang tahun tiga tiga kosong ”
angin tiup lilin dengan udara tanpa hawa
“bingkisan” tangker memasuki pintu
cerobong asap dapur persemaianmu
tanpa jendela katanya
semoga
“pengungsian” tubuh nihil “pengasingan”
walau pendidikan dan kesehatan cengkeh yang dikeringkan
kotaku tetap mercusuar dunia
maya
 
Pejambon, 21 September 2007
 
 
 
BOJONEGORO VI
 
airmu
menggenang
padi padi bersujud
pada hamparan sawah ladang
rumah rumah pada permandian suci
persemaian agung, memenggal jalan
tanpa jala dan jarring, perkampungan makam
tertanam makam
 
air airmu
mengenang
tenda tenda pengungsian
nasi-bungkus gatal-gatal dan diare
beras berselimut gelaran tikar pandan dan layar
terkembang, menyusuri denah denah kemiskinan
pada peta kantong kantong
politikus
 
kencang laju bendera kibarkan bisik
bisikan angin kemesraan
airmu
terhempas badai mi-mi instan
airmu
menyurut
perahu perahu karet menyusut
kandas diatas hamparan beras
beras dalam gudang
 
masgampang plat”S” Januari 2008
 
 
 
BOJONEGORO VII
 
bim… salabim…!
abra… kedabra…!
 
beribu kuping
memajang nadi tanpa figura
panjang terdengar kumat kamit
pembacaan bait bait
mantra
 
berjuta pasang lentera
mata terketuk membuka helai daun
daun pintu kering telanjang
tanpa derit dan derita
 
hipnotis tanpa kuas
bermain imaji sedalam biru
birahi pengharapan cinta
pada lembar kanvas
tak berbingkai
 
berderet
berjajar parade ilusi
menggantung sket pada sketsel
sketsel pameran bersama
teman dan tema
 
“Lukisan Janji Bermeterai”
 
Agustus 2008
 
 
 
BOJONEGORO VIII
 
anak anak
telah dibesarkan oleh waktu
gedebog pisang menemani bermain
bola di sore menjelang senja
 
lupa akan ingus
yang diusapnya dengan lengan
kiri, kering di sudut
sudut bibir mungil lucu
lugu tanpa sehelai pemanis
sebutir penyedap
rasa
 
anak anak
lupa akan waktu
bola plastik sebesar melon
berlari membisikkan dengus
perlawanan, tanpa alaskaki
wasit dan hakim garis
beradu garis
 
anak anak lupa
tendangan keras sejauh
melempar luas tanah tanah lapang
sawah dan ladang
anak anak lupa
bolanya sebesar semangka
tanpa biji
 
September 2008
 
 
 
BOJONEGORO IX
 
malam telah bercengkerama dengan gulita
dari igauan igauan iratan bambu
mencoba tawarkan pagi
walau setengah dalam gadean
dan seperempat menunggu
tebusan
 
“serabih”
tawarkan sinar keemasan
menyapa hari dalam kegelapan
menerobos daun daun semi
ranting ranting basah karena tangis
malam memasuki pendhapa
menghampiri
penjual gethuk atau jamu gendhongan
“lalu”
kaki lima, asongan dan lesehan
“perhatian !”
istirahat ditempat…., jalan !
 
penjual lontong
tersenyum puas, blantik sapi
cekikikan
 
Oktober 2008
 
 
 
BOJONEGORO X
 
fosil
situs
kubur kembali
“heboh”
 
minyak
menyok
ayo digali
“matoh”
 
“331”
kode kode
ramalan buntut
togel marak kembali
 
seribu
masuk bui
semilyart , hebat, selamat !
“kiamat”, sidang
ditunda !, palu hakim tertukar
kethog dalang
 
Oktober 2008

http://sastra-indonesia.com/2010/10/sajak-sajak-gampang-prawoto-2/

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae