Minggu, 09 Januari 2011

Sajak-Sajak Fikri MS

http://sastra-indonesia.com/
Syair Ini Untukmu, Sasmitha

Serpihan waktu kita giring menuju sebuah rumah melewati lorong setapak jalan berbatu
Di kanannya tembok kokoh cat putih berlumut, bermulut, dan tak bertelinga
Di sebelah kiri berpagar bilah, ada pohon kapuk dan mangga. Di ujung jalan itu, nampaklah sebuah pelita yang menjadi pertanda sudah dekat akan kediaman yang kita idamkan sejak lama.
Semakin dekat terasa kian jauh, karna menanjak tebing. Kau meminta istirahat sejenak
Berpikir dua kali aku jadinya; bersandar pada tembok atau berteduh di bawah pohon mangga?
Tatapanmu bertanya
Aku tersenyum memandang sambil kuseka keringat di keningmu.
Kau pun lakukan yang sama terhadapku.
Lalu menggelegaklah semangat, kiri atau kanan memang pilihan. Sebab itu kita tempuh perjalanan ini.
Sasmitha, kau dan aku adalah anak zaman yang menepis garangnya warisan masa lalu
Mencoba melawan dengan tangan, kertas, dan percakapan di tengah iklan dan berita yang berlomba saling menjelas-jelaskan.
Kita lanjutkan langkah!,
Mengurai peristiwa demi peristiwa hingga tiba masa meraih apa yang dinamakan sebagai mimpi.
Syair ini untukmu, Sasmitha
Sebagai tanda kita mulai mengerti tentang makna perjalann panjang.
Warungkopi – bawah jendela kamar,

30 November 2010



Syair Seorang Senja

Peristiwa demi peristiwa terurai, sepertinya tak pernah henti.
Terurai seperti puisi ini yang malu-malu mengabarkan tentang diriku yang tengah dimabuk oleh ketakmengertian akan hidup dan kehidupan. Akan tetap i…
Di jalanan
Anak-anak berlarian saling mengejar mendahului mimpi-mimpi, berebut bola seperti memperebutkan kuasa.
Sementara di sini aku bertambah tua dan keriput, digiring usia yang semakin senja.
Aku rindu masa kanak-kanak. Dimanjakan, dibuai sekaligus dibuat menangis lalu ditimang-timang.
Apakah kembali muda adalah kebohongan?
Siapa yang mampu berikan jawab atas tanyaku ini?
Siapa …?!
Waktu bergerak, aku akan hilang ditelan umur, menjadi kembali pada keajaiban sebagai manusia.
Apakah aku kalah?
Karena apa kekalahan ini?
Ow …, penyakit!
Aku sakit dan menderita.
Apakah hanya si Jalang itu saja yang boleh hidup seribu tahun lagi?
Orang-orang sepertiku ini mau diapakan!?
Aku sepi mengulas mimpi dan peristiwa. Terhanyut dalam masa silam yang penuh canda kebahagiaan, berlari, dan berebutan …
Syair ini adalah kesunyian, tentang anugerah hidup.
Bahwa nafas adalah kebahagiaan, usia tua bukanlah kekalahan hanya saja waktu kian dekat memanggil-manggil dari kejauhannya.

Kamar di atas beranda, November 2010



Bela Sungkawa

Secangkir kopi hangat sedikit angkuh di atas meja, sebatang kretek menyala mengepulkan asap seperti keluar dari terowongan maut
Aku gelagapan menghadapinya, Ia tersenyum membuatku waspada
“Ada yang bisa saya bantu?” katanya.
Serak seperti suara Memedi
“Ada yang bisa bantu saya?” tanyaku.
Ia terkekeh mengejek, aku tersenyum cemas
Meremas-remas jemari sambil sesekali membenarkan lipatan map berwarna merah itu
Kubuka perlahan lalu suaranya terdengar lagi
“Kalau mau minta bantuan dana lain kali saja, KAS sedang Kosong!”
Kututup lagi lebih pelan, aku dendam.
“Terima kasih Bapak”
Kuletakkan korek api di atas meja tak tahu Ia
“Permisi Bapak”
Sahutannya datar saja “Ya …”, bersama kepulan asap rokok
Dua langkah menuju ambang pintu bersamaan dengan panggilannya yang lenyap ditelan ledakkan gas bensol aku tersenyum lagi, kali ini dengan segenap ucapan bela sungkawa.
“Bapak Memanggil saya?”

12 Desember 2010



Membakar Malam

Kunyalakan sebatang cigaro dengan korek api lidi
Membakar
Asapnya mengepul lalu pecah bersama nafas
Membentur dinding malam

Agustus, 2010



Sajak Hujan

Derai rerintik jatuh menetes di negeriku yang katanya bertuan baik lagi darmawan
Tanahnya subur
Bayangkan tongkat dan batu saja bisa tumbuh
…???

Januari 2010



Perang Hari Ini

Kawan kau dengar derup buruh melangkah pagi ini melintasi jalan raya yang pedas meski pagi begitu segar

Bendera-bendera merah tercancang kokoh di genggaman
Poster-poster kokoh
Spanduk-sepanduk kokoh menantang angin

Degap jantung mereka menjadi tabuhan yang mengalahkan genderang di medan perang
Teriakan mereka bertenaga dari kantung-kantung diapragma

Dan di hadapan sana telah berdiri pagar betis sembunyi di balik tameng-tameng fiber
Bersandar pada pentungan, bedil senjata, dan satu dua tiga tanki water pomp
Garang paling depan

Adu tanding perang hari ini
Dan kita Cuma jadi penonton, sekaligus juri, sekaligus sutradara yang paling jitu.

Perang hari ini.

Juli, 2010

Fikri MS, Lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, 12 November1982. sejak th 1998 melanjutkan pendidikan di Jombang, Jatim sampai lulus kuliah th 2008 S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Jombang.
Berbekal pengalaman ‘main’ teater di Komunitas Tombo Ati (KTA) Jombang, Agustus 2008 mendirikan Sanggar Teater Gendhing (STG), mengelola kedai baca (Beranda), di kampung halaman sampai sekarang.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

katanya kreatifitas seperti batu; keras diseret-seret arus, tidak hancur diinjak beban..
sayang..! bakal berderai digerogoti lumut waktu

Jangan dulu menua...
Muara Enim, belum terlalu mengenal warnamu

"selamat berkreatifitas Teater Gendhing..Siapa yg hidup dengan seni, takkan menua"

Unknown mengatakan...

Katanya..Kreatifitas seperti batu, tak hancur terseret arus, tak pecah dihempas ombak

Namun, hati -hati digerus waktu laksana lumut

Jangan dulu menua..
Muara Enim belum mengenal warnamu

Teruslah berkarya Teater Gendhing
Karena siapa hidup dengan seni, takkan menua

salam!

Unknown mengatakan...

Karyanya oun menggambar kekritisan juga tipikal orang yg senang berbagi pengalaman.
Semoga teater gendhing semakin sukses dan tak ada lelah untuk berkarya

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae