Rabu, 25 Mei 2011

Sajak-Sajak Raudal Tanjung Banua

http://www.lampungpost.com/
Ke Pedalaman

1.
arus yang lamban. jembatan kayu tua
hitam batu bara
teronggok di tongkang renta
adalah susu perempuan negro
tersesat di borneo
seorang perempuan iban
menatapnya iba
“kita sama-sama matang oleh derita,
sama-sama malang di bumi yang sama.”
mourina, perempuan iban itu, kujumpai ia
di atas jembatan kayu tua
melintasi anak sungai
yang merana

2.
“tak ada yang kami miliki,
kecuali dengus nafas
kuli tanah sendiri,” masih kusimpan cakap
laki-laki bercaping pandan bagai seciap
anak ayam hutan
yang lalu bergegas hilang
ke kelindan asap pembakaran
pelepah sawit yang menua

3.
waktu kembali
ke pangkal jembatan kayu tua
perempuan dan laki-laki itu
mencangkung tanpa suara
bagai patung minta kembali ke asal-mula:
pohon, kayu, batu di rimba. saat itu aku merasa
tidak ke mana-mana; diri adalah pedalaman
yang diangan. kian dalam, kian banyak tak dikenal

/Batola-Yogyakarta, 2009-2011



Sampah-sampah Mengapung

ini zaman sampah-sampah mengapung
orang-orang gugur di mataku
tiap hari makin banyak yang kubenci
dan yang membenci lebih banyak lagi
masuk, hatiku, kunci dari dalam, kunci yang dalam!
cuaca semesta sedang buruk
para tukang tenung dan tukang sihir mabuk,
kepayang bayang-bayang kejayaan
tukang kebun tersingkir ke taman-taman api
para penyair bergerombol membincang diri sendiri
hatiku yang terasing menolak teronggok jadi sekilo daging!
“hatiku, janganlah kau bersedih melihat makhluk-makhluk
yang sekedar penduduk. mereka hanya penghuni mati
sebuah negeri di bawah garang matahari
tapi tak sanggup membakar sampah-sampah,
basah, berkilau lumpur warna-warni, terapung hanyut
melintasi taman-taman negeri.
jangan kau bersedih.”
dengan ini hatiku menyala, melebihi matahari
mengubah sungai dan muara
jadi api, jadi lautan api…

/Kalteng-Yogyakarta, 2010-2011



Minahasa

ekor kolintang menyayat mata mayat di bintang

/tomohon-yogya, 2009-2011



Nangabulik
– bersama kawan seperjalanan

ke balik bukit batu kita menuju
di kiri-kanan hamparan sawit
luas, tak terhala pandangan
diam-diam, ingatan kita bersekutu dengan sisa asap
pembakaran, membentuk sayap-sayap burung enggang
membubung ke awan menjadi mendung
bergulung, menaungi perjalanan
murung, kita dan bukit-bukit batu itu, bagaimanapun
penanda arah yang dituju. sekali waktu kausebut bukit sintang
di petaku terbaca bukit ketapang
sama saja. nama tak mengubah ia jadi emas
jangan cemas, kita akan tiba, kita telah tiba
sebelum senja, sebelum cakrawala bilang sudah
pada langit yang dipuja
lihat, patung kijang jantan itu
terlongong di atas beton bulatan tunggul kayu
terlongong memandang cahaya angslup
perlahan, bagai rawa-rawa kejam menarik cinta dan bayangan
di kaki-kaki betinanya
ia terus berdiri di situ, di alun-alun kecil timbunan waktu
barangkali menunggu, menyambut
jika anak-anaknya yang dilahirkan di sisa hutan jauh
di sisi-sisi tajam tombak pemburu
ke luar bersama barisan kera dan beruang
mengasah tanduk, gigi dan kuku-kukunya panjang!
kelak, di balik bukit batu ini
akan ada penanda lain: ruh enggang,
penantian kijang dan puisi yang juga terus memanjang….

/Lamandau, 2010 – Yogyakarta, 2011

————
Raudal Tanjung Banua, lahir di Lansano, Kenagarian Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, 19 Januari 1975. Kini redaktur rumahlebah ruangpuisi dan ketua redaksi Jurnal Cerpen Indonesia. Memperoleh Anugerah MASTERA untuk buku puisinya, Gugusan Mata Ibu (2005). Buku puisinya yang akan terbit: Api Bawah Tanah.

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae