Senin, 01 Januari 2018

Sajak-Sajak Sunlie Thomas Alexander

Riau Pos, 1 Feb 2015
Bakauheni, 2

kembali aku mencari
masa remaja yang hilang:
lengking kapal dan truk-truk sarat muatan
dengan resah penumpang mengendap
bagai cinta tak tersampaikan

santa maria, di sini tak ada tuhan
yang menggulingkan kubur batu
pada hari ketiga
selain penjaja buku tuntunan iman
tiga sepuluh ribu, tiga sepuluh ribu!

dan nasib tetap seperti teka-teki silang
di antara kantuk dan iseng, haus dan kangen

bapa kami yang ada di surga
kudengar seseorang bergumam
di masa silam:
jadilah kehendakmu di atas
penyeberangan ini
seperti di dalam surga

kembali aku merasa kehilangan



Di Baturaden

(1)
seseorang terpukau pada binar matamu

meski di baturaden,
waktu telah lama membatu
serupa patung patung cinta
yang dikuduskan di tepi air jatuh

di sini tak ada dali katamu
yang meniscayakan arloji meleleh
di hatiku dan hatimu

tapi aku membayangkannya:
matahari menyusut, bulan menyisih
dan kita mengulang penanggalan sejak mula

agar kelak (mungkin) seseorang akan
mengulang kisah tentang seorang
dara istimewa dan lelaki
yang berkelahi dengan sang kala

(2)
masihkah kita percaya
pada dongeng-dongeng romantis
yang berakhir bahagia?

jika cintaku serupa kutuk
dengan wajah lelaki sepenuhnya arca

mitos batu,
kisah tragis
kekal sepanjang usia

daun-daun terus gugur juga
di atas kolam air mata;

kudus dan rahasia

: seolah waktu kembali lajang saja



Bloody Mary

kami memanggil dalam pekat
namamu yang menjelma anggur
di bar bar temaram
: o, rayakan rumor kehidupan!

tapi ini cermin ketakutan
kala sendiri

maka di malam mencekik hati
namamu pun beralih:
jus tomat, sambel pedas,
sirup kental rasa strawberi
mesti menjaga kami dari ragu, juga ngeri
dengan lilin kecil lumer di ujung nyali

bloody mary, bloody mary, bloody mary
dalam detak sangsi ini
wajah horormu akankah
muncul dari sepi
atau kami masih betah
meneror diri

seperti kanak kanak
suka warnai langit
dengan pasta merah
saat sarapan pagi



Sniper Sovyet
(vassili zaitsev)

antara ujung nyali dan ujung senapang ini, aku mesti menjelma jadi batu. antara sejentik letupan kelak dan berita propaganda yang bergema sampai jauh, kau mencari namaku. dan di antara kita, maut pun menunggu. setia serupa seorang tukang pos tua, setianya penjaga gardu.

aku yang telah merangkaki gorong-gorong dan pipa dari reruntuhan pabrik traktor untuk menemuimu: lewat rekah tembok mana kau bakal membidik mataku? lewat jalan tikus manakah kau akan memburu jejakku?

jika aku telah mengintaimu lebih tabah dari yang kauduga, dan kau mungkin telah mengawasiku lebih tajam dari yang kusangka, tak juga cukup kita menyamar jadi batu, jadi pohon, jadi tiang listrik, jadi mayat gagu tatkala terdengar langkah ajal mendekat dengan ragu.
: bukankah maut kau kira lebih gegas dari kilat peluru?

kendati kita sama tak tahu apa warna langit besok dan waktu seolah turut membatu. kendati kesepian sungguh meraja di tengah gelimpang mayat, ledakan mortil, desing peluru.

pada udara penuh mesiu ini, hoi seteruku, bisakah kau mengendus aroma tubuhku?

barangkali tak penting siapa buruan siapa sang pemburu. selalu ada yang tak terucapkan di tengah bening salju. selalu saja aku teringat petuah kakek saat mengajakku berburu serigala dulu: aku adalah batu, karena itu aku menyimpan dengus nafasku.

ah, lewat kaca teleskop yang berembun ini, telah kulihat debu kuning di ujung sepatumu. selebihnya hanyalah merah menyala: merah api, merah darah, merah stalin semerah kasih ibu pertiwi yang memajang potretku di selebaran propaganda dan koran serdadu.

siraplah detak jantungku sebagaimana kusirap denyut nadimu: di kota sekarat ini, alangkah dekatnya langit di mataku.
siraplah detak jantungku sebagaimana kusirap denyut nadimu: dari jendela tanpa kaca, masih kulihat maut terus mengendap-endap seperti serigala di masa kanakku.

bukan rasa takut, seteruku. tapi gelisah panjang dan kepekaan belaka di padang-padang gembala, tempat pertama aku diajari menyamar sebagai batu antara peluru yang melesat dari moncong senapang ini nantinya dan gemetar jariku menekan picu.



Sin Fu Tong *)
kepada pater van dongen, sscc

pesuruh tuhan adalah ia,
jauh-jauh datang dari holland:
makan roti dan berjanggut pirang
hisap cangklong dan berkacamata tebal

kami mendengar nyanyian ave maria
malam-malam, dan delapan anak dibaptis
menjelang perayaan chit ngiat pan1

mari kau punya luka, akan kubasuh lukamu
dengan anggur! lupakanlah sejenak
parit-parit pikul
kebun-kebun sahang kasih tuhan
selapang tanah ini, hai orang malang

sebelum natal didirikannya balai pengobatan,
rumah bersalin, sekolah dasar;
oh, tak perlu bayar bila tak punya uang, kawan

sejak itu, makin banyak anak-anak
penambang yang ketuaan memakai seragam
dan suster-suster tionghoa
telah menampik pinangan tukang ikan

sejak itu, kakekku mulai mencintai maria dan
mengacuhkan sekerat petuah mao yang budiman

tapi dari balik tembok sekolah chung hwa di seberang
jalan, ayahku tak henti berolok dengan nyanyian lantang:
jasu he kingkong, ceu lok ngai minchong 2

tak pernah sendirian seorang matius dengan gugup
bertanya di depan altar nenek moyang, bolehkah kami
membakar dupa, menyajikan babi panggang?

Yogyakarta, 2011

*) Sekolah pastur, bahasa Hakka untuk menyebut sekolah Katolik yang didirikan para misionaris Belanda di pulau Bangka.
1. Hari sembahyang kubur.
2. Yesus adalah kingkong, masuk ke ranjangku (sebuah lagu olok-olokan yang dibuat anak-anak sekolah Tionghoa).
_______________
Sunlie Thomas Alexander, menulis cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepakbola, dan ulasan seni rupa di berbagai media dan antologi komunal yang terbit di Indonesia, serta sesekali mengerjakan terjemahan. Ia telah menerbitkan dua buku cerpen, yakni Malam Buta Yin (Gama Media, 2009) dan Istri Muda Dewa Dapur (Ladang Pustaka & Terusan Tua, 2012), serta satu buku puisi dengan judul Sisik Ular Tangga (Halaman Indonesia, 2014). Saat ini ia mengelola penerbit indie, Ladang Pustaka di Yogyakarta sembari mengerjakan novel pertamanya, Kampung Halaman di Negeri Asing.
http://www.riaupos.co/2405-spesial-sajak-sajak-sunlie-thomas-alexander.html#.WkqPz_CWbIU

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae