Riau Pos, 1 Feb 2015
Bakauheni, 2
kembali aku mencari
masa remaja yang hilang:
lengking kapal dan truk-truk sarat muatan
dengan resah penumpang mengendap
bagai cinta tak tersampaikan
santa maria, di sini tak ada tuhan
yang menggulingkan kubur batu
pada hari ketiga
selain penjaja buku tuntunan iman
tiga sepuluh ribu, tiga sepuluh ribu!
dan nasib tetap seperti teka-teki silang
di antara kantuk dan iseng, haus dan kangen
bapa kami yang ada di surga
kudengar seseorang bergumam
di masa silam:
jadilah kehendakmu di atas
penyeberangan ini
seperti di dalam surga
kembali aku merasa kehilangan
Di Baturaden
(1)
seseorang terpukau pada binar matamu
meski di baturaden,
waktu telah lama membatu
serupa patung patung cinta
yang dikuduskan di tepi air jatuh
di sini tak ada dali katamu
yang meniscayakan arloji meleleh
di hatiku dan hatimu
tapi aku membayangkannya:
matahari menyusut, bulan menyisih
dan kita mengulang penanggalan sejak mula
agar kelak (mungkin) seseorang akan
mengulang kisah tentang seorang
dara istimewa dan lelaki
yang berkelahi dengan sang kala
(2)
masihkah kita percaya
pada dongeng-dongeng romantis
yang berakhir bahagia?
jika cintaku serupa kutuk
dengan wajah lelaki sepenuhnya arca
mitos batu,
kisah tragis
kekal sepanjang usia
daun-daun terus gugur juga
di atas kolam air mata;
kudus dan rahasia
: seolah waktu kembali lajang saja
Bloody Mary
kami memanggil dalam pekat
namamu yang menjelma anggur
di bar bar temaram
: o, rayakan rumor kehidupan!
tapi ini cermin ketakutan
kala sendiri
maka di malam mencekik hati
namamu pun beralih:
jus tomat, sambel pedas,
sirup kental rasa strawberi
mesti menjaga kami dari ragu, juga ngeri
dengan lilin kecil lumer di ujung nyali
bloody mary, bloody mary, bloody mary
dalam detak sangsi ini
wajah horormu akankah
muncul dari sepi
atau kami masih betah
meneror diri
seperti kanak kanak
suka warnai langit
dengan pasta merah
saat sarapan pagi
Sniper Sovyet
(vassili zaitsev)
antara ujung nyali dan ujung senapang ini, aku mesti menjelma jadi batu. antara sejentik letupan kelak dan berita propaganda yang bergema sampai jauh, kau mencari namaku. dan di antara kita, maut pun menunggu. setia serupa seorang tukang pos tua, setianya penjaga gardu.
aku yang telah merangkaki gorong-gorong dan pipa dari reruntuhan pabrik traktor untuk menemuimu: lewat rekah tembok mana kau bakal membidik mataku? lewat jalan tikus manakah kau akan memburu jejakku?
jika aku telah mengintaimu lebih tabah dari yang kauduga, dan kau mungkin telah mengawasiku lebih tajam dari yang kusangka, tak juga cukup kita menyamar jadi batu, jadi pohon, jadi tiang listrik, jadi mayat gagu tatkala terdengar langkah ajal mendekat dengan ragu.
: bukankah maut kau kira lebih gegas dari kilat peluru?
kendati kita sama tak tahu apa warna langit besok dan waktu seolah turut membatu. kendati kesepian sungguh meraja di tengah gelimpang mayat, ledakan mortil, desing peluru.
pada udara penuh mesiu ini, hoi seteruku, bisakah kau mengendus aroma tubuhku?
barangkali tak penting siapa buruan siapa sang pemburu. selalu ada yang tak terucapkan di tengah bening salju. selalu saja aku teringat petuah kakek saat mengajakku berburu serigala dulu: aku adalah batu, karena itu aku menyimpan dengus nafasku.
ah, lewat kaca teleskop yang berembun ini, telah kulihat debu kuning di ujung sepatumu. selebihnya hanyalah merah menyala: merah api, merah darah, merah stalin semerah kasih ibu pertiwi yang memajang potretku di selebaran propaganda dan koran serdadu.
siraplah detak jantungku sebagaimana kusirap denyut nadimu: di kota sekarat ini, alangkah dekatnya langit di mataku.
siraplah detak jantungku sebagaimana kusirap denyut nadimu: dari jendela tanpa kaca, masih kulihat maut terus mengendap-endap seperti serigala di masa kanakku.
bukan rasa takut, seteruku. tapi gelisah panjang dan kepekaan belaka di padang-padang gembala, tempat pertama aku diajari menyamar sebagai batu antara peluru yang melesat dari moncong senapang ini nantinya dan gemetar jariku menekan picu.
Sin Fu Tong *)
kepada pater van dongen, sscc
pesuruh tuhan adalah ia,
jauh-jauh datang dari holland:
makan roti dan berjanggut pirang
hisap cangklong dan berkacamata tebal
kami mendengar nyanyian ave maria
malam-malam, dan delapan anak dibaptis
menjelang perayaan chit ngiat pan1
mari kau punya luka, akan kubasuh lukamu
dengan anggur! lupakanlah sejenak
parit-parit pikul
kebun-kebun sahang kasih tuhan
selapang tanah ini, hai orang malang
sebelum natal didirikannya balai pengobatan,
rumah bersalin, sekolah dasar;
oh, tak perlu bayar bila tak punya uang, kawan
sejak itu, makin banyak anak-anak
penambang yang ketuaan memakai seragam
dan suster-suster tionghoa
telah menampik pinangan tukang ikan
sejak itu, kakekku mulai mencintai maria dan
mengacuhkan sekerat petuah mao yang budiman
tapi dari balik tembok sekolah chung hwa di seberang
jalan, ayahku tak henti berolok dengan nyanyian lantang:
jasu he kingkong, ceu lok ngai minchong 2
tak pernah sendirian seorang matius dengan gugup
bertanya di depan altar nenek moyang, bolehkah kami
membakar dupa, menyajikan babi panggang?
Yogyakarta, 2011
*) Sekolah pastur, bahasa Hakka untuk menyebut sekolah Katolik yang didirikan para misionaris Belanda di pulau Bangka.
1. Hari sembahyang kubur.
2. Yesus adalah kingkong, masuk ke ranjangku (sebuah lagu olok-olokan yang dibuat anak-anak sekolah Tionghoa).
_______________
Sunlie Thomas Alexander, menulis cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepakbola, dan ulasan seni rupa di berbagai media dan antologi komunal yang terbit di Indonesia, serta sesekali mengerjakan terjemahan. Ia telah menerbitkan dua buku cerpen, yakni Malam Buta Yin (Gama Media, 2009) dan Istri Muda Dewa Dapur (Ladang Pustaka & Terusan Tua, 2012), serta satu buku puisi dengan judul Sisik Ular Tangga (Halaman Indonesia, 2014). Saat ini ia mengelola penerbit indie, Ladang Pustaka di Yogyakarta sembari mengerjakan novel pertamanya, Kampung Halaman di Negeri Asing.
http://www.riaupos.co/2405-spesial-sajak-sajak-sunlie-thomas-alexander.html#.WkqPz_CWbIU
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar